Thursday, September 13, 2012

The Moment Of Truth


One day, a reporter asked a bank president.

 “Sir, What is the secret of your success?”
“Two words.”
“And, sir, what are they?”
“Good decisions.”
“And how do you make good decisions?”
“One word.”
“And sir, what is that?”
“Experience.”
“And how do you get Experience?”
“Two words.”
“And, sir, what are they?”
“Bad decisions.”




Gue sering banget denger kata "Hidup itu adalah sebuah pilihan", awalnya butuh waktu buat mencerna kata bijak macam itu. Sampai pada akhirnya gue ngalamin sendiri, diketemukan dengan berbagai pilihan dalam hidup. Jadi inget waktu jaman gue masi kecil, suatu pagi sebelum ke sekolah gue mengalami dilema dihadapan sebuah kaca. "Mau gue belah kemana rambut ini?". "Belah pinggir kayak biasanya atau belah tengah karena imbas dari Nick Carter". Seinget gue sih yang menang adalah belah tengah. #hellyeah!


 

Seiring berjalannya waktu, makin banyak pula situasi dimana gue harus memilih entah kemana jalan hidup gue selanjutnya. Satu hal yang gak bakal gue lupain adalah ketika lulus SMA. Pilihan hidup tersulit dalam hidup gue. Papa-ku yang tercinta mau suruh gue buat lanjutin study keluar negeri. Sodara kandung gue semuanya uda ada di negeri orang, waktu itu cuma gue yg ada di Indonesia. Karena banyak faktor dan mental yang belum siap, akhirnya gue memutuskan untuk menolak penawaran tersebut. Tapi karena mau yang terbaik buat anaknya, si Papa "memaksa" gue buat setuju untuk diboyong ke luar negeri, mulai dari australia, singapore sampai negeri tetangga semuanya gue tolak mentah-mentah.

Sampai suatu ketika papa nulis sebuah surat pernyataan yang kira-kira isi nya berkata: "Saya yang bernama Jerry telah menolak kesempatan belajar keluar negeri yang diberikan oleh sang ayah dan akan bertanggung jawab atas pilihannya tersebut dikemudian hari." Dilengkapi juga oleh sebuah materai enam ribu perak untuk gue tanda tangan diatasnya. Dengan air mata berlinang dan ingus meleleh perlahan akhirnya gue tanda tangan surat tersebut.

But look at me now! 6 tahun setelah peristiwa tersebut, saya duduk di depan sebuah komputer menulis blog post ini dengan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi. Sudah bekerja di perusahaan advertising agency yang bernama OCTIS hampir selama 2 tahun dengan gaji yang bisa dibilang lumamam dah tuh. ahahaha. Tapi yang pasti tidak ada kata "Menyesal", gue bertemu dengan calon orang-orang hebat dikelas advertising Landen Sekul dan banyak peristiwa lainnya yang dapat dijadikan pengalaman hidup.

Intinya adalah ketika lo dihadapkan pada sebuah dilema dalam menentukan pilihan dalam hidup, pertimbangkan dengan matang. Setiap pilihan gak ada yang salah atau benar, tapi setiap pilihan ada "Lose Some Get Some"-nya tersendiri. Yang paling penting adalah bagaimana kita bertanggung jawab dengan pilihan tersebut. Jangan pernah takut untuk mengambil sebuah keputusan, jika kenyataannya gak sesuai dengan harapan, jadikan itu sebuah pengalaman. Karena kata mereka "Pengalaman adalah guru yang paling berharga"


YOLO my friend!




they also said:
"If you never try
You'll never know"
so...
why don't you 
give it a try







Wednesday, September 5, 2012

STOP IT NOW!

      


Sejak gue makan bangku sekolah dari jaman memakai celana pendek merah hati sampai celana panjang abu-abu, gue menyaksikan banyak kasus "BULLYING" di sekitar gue. Seperti biasa, murid yang "berbeda" dari yang lainnya akan menjadi sasaran empuk bagi teman lainnya. Bisa dibilang masa sekolah itu adalah masa paling kejam bagi mereka.

Mulai dari yang gendut, yang kurus banget, yang pake kawat gigi, yang monyong, yang pesek, yang kulitnya hitam, yang menurut mereka jelek dah pokoknya. (mohon jangan tersinggung yah kalo kesebut) #bercanda! : D

Tidak mau munaroh dan munafik, mungkin gue pun pernah ikutan mem-buli lewat bahan ejekan dan ikut tertawa. But I've never push it too far OR to the next level. Apaan tuh artinya?. Menurut pendapat pribadi gue, Bullying level menengah dan atas adalah bullying yang udah melibatkan kontak fisik, menggunakan objek bully tersebut untuk kepentingan pribadi, menjadikan hidup dan kenangan masa sekolah sang objek bully tersebut menjadi sangat tidak menyenangkan.

Contoh nyata, ada seorang anak SMP yang berasa sangat keren, gagah, dan baru mau meletek jadi anak rusak. Dia selama sekolah membully salah satu teman gue dengan menyuruh dia ngerjain semua tugas dan PR dia, serta kasi contekan pas lagi ulangan. Kalo nolak? yah paling dijambak atau di tonjok dikit lah.

Ada lagi pas SMA, ada 1 anak basket yang berasa paling ganteng, trendi, dan mukanya mirip ketek banci. Selama 3 tahun sekolah menengah atas, dia punya PEMBANTU di sekolah. Keren ga? Ketika jam istirahat dia nyuruh pembantunya itu beli makanan dan minuman terus bawain ke kelas.

Para pelaku bullying itu gak sadar bagaimana mereka bisa memberikan dampak yang sangat besar bagi hidup seseorang, mungkin ada beberapa korban bullying yang bisa menjadikan masa lalu-nya sebagai motivasi untuk sukses. Tapi yang pasti, tidak sedikit dari mereka yang akan menjadi pemalu, tidak percaya diri, tertutup, dan lainnya selama sisa hidupnya.

Gue perkenalkan "Casey Hynes", seorang anak sekolah dasar bertubuh gemuk dari Sydney,Australia yang telah lama menjadi korban bullying. Sampailah suatu ketika dimana abang Casey ini merasa MUAK dan akhirnya memutuskan "THIS IS IT!". Beruntung banget kejadian ini terekam dengan sangat baik dan beredar luas di dunia ayam. Maaf! maksud saya dunia maya. cekidot!






CASEY HYNES is MY NEW HERO!



STOP BULLYING.
Don't let them
Bring you down